MAKALAH
“PERKEMBANGAN DAN SUMBANGAN PERADABAN ISLAM DI EROPA/BARAT”
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam semester dua.
Disusun oleh :
(Kelompok 6, Kelas Farmasi B)
Yoga Sutrisno 11151020000053
Rinaldi Nur I 11151020000096
Sonia Warda 11151020000054
Linda Mazroatul 11151020000104
Dosen Pembimbing : Siti Nadroh , M.Ag
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan........................................................................................ 3
- Latar Belakang....................................................................... 3
- Rumusan Masalah................................................................. 5
- Tujuan Penulisan.................................................................... 5
Bab II Isi........................................................................................................ 6
- Masuknya Islam di Eropa......................................................6
- Perkembangan Politik Islam di Eropa............................... 12
- Aspek Ajaran Islam yang Dikembangkan di Eropa Barat...................................................................................... 16
- Pertumbuhan Tempat Ibadah (Masjid) dan pusat- pusat
Kajian Islam di Eropa atau Barat…...................................... 16
- Kemajuan Eropa/Barat dan Dampaknya Bagi
Dunia Islam.......................................................................... 16
- Sikap Islam dalam Menghadapi Kemajuan
Eropa/Barat…...................................................................... 17
Bab III Penutup.............................................................................................. 19
- Kesimpulan............................................................................ 19
Daftar Pustaka............................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di awal abad ke-7 Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW. memulai misinya di negeri Arab, seluruh pantai laut tengah merupakan bagian dari dunia masyarakat Kristen sepanjang Eropa, Asia dan Pantai Afrika Utara ditinggali penduduk yang beragama Kristen dari berbagai sekte. Hanya ada dua agama lain di Romawi – Yunani, yakni Yahudi dan Manichaeisme, yang bertahan dan dianut oleh sebagian kecil penduduk disana[1].
Setelah berakhirnya periode Islam klasik, setelah Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan kemajuan dalam bidang inilah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Islam, Spanyol di Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan[2].
Pada saat periode pemerintahan Abbasiyah sebagai pemerintah pusat melemah. Ibukota negara-negara propinsi muncul menyaingi Baghdad, daulah-daulah kecil berlomba untuk maju, terutama dalam bidang peradaban dan ilmu pengetahuan. Salah satunya di Andalusia (Spanyol) ini, muncul Bani Umayyah II yang beribukota Cordova. Di Afrika Utara berdiri daulah Murabithun, kemudian daulah Muwahidin. Di Sicilia ada kerajaan Normandia, walaupun beragama Kristen namun mereka memajukan peradaban dan ilmu pengetahuan Islam. Di Mesir muncul Daulah Fathimiyah, kemudian Ayyubiyah. Disebelah timur kota Baghdad berdiri bani Ghaznawiyah. Kerajaan-kerajaan kecil ini pada masanya masing-masing ikut andil memajukan ilmu pengetahuan dalam Islam[3].
Nama Andalusia berasal dari kata Vandal, nama sebuah bangsa yang menguasai Spanyol sebelum bangsa Goth dan Islam. Ketika Daulat Abbasiyah (750-1258 M) di timur mencapai puncak kemajuan ilmu pengetahuan, daulah Umayyah di Spanyol (756-1027 M) dengan Universitas Cordova, Granada, dan Sevilla menjadi gerbang transformasi kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa – sementara Eropa sendiri saat itu masih dalam masa kegelapan (peperangan dan kelaparan)[4]. Universitas-universitas tersebut menjadi simbol kecemerlangan Islam yang memberi kontribusi besar bagi kemajuan Eropa di abad pertengahan menjelang Reinansance pada abad ke -14. Segala kontribusi tersebut menjadi mungkin diberikan lantaran luasnya muatan studi universitas tersebut. Sebagai gambaran, Universitas Cordova menyelenggarakan program studi Astronomi, Matematika, Kedokteran, Hukum, dan Teologi[5].
Berkaitan dengan hal inilah, maka penulis mendapat kesempatan untuk menuliskan secara ringkas tentang “Islam di Eropa/Barat” serta hal-hal yang berkaitan dengan materi tersebut. Semoga isi makalah ini dapat memberi manfa’at dan pengetahuan bagi kita semua terutama tentang sejarah peradaban Islam di Spanyol tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana cara masuk dan berkembangnya islam di eropa/barat/barat?
• Apa saja bentuk-bentuk aspek ajaran islam yang dikembangkan di eropa/barat/barat?
• Apa dampak kemajuan eropa/barat/barat bagi dunia islam?
• Bagaimana sikap islam dalam menghadapi kemajuan eropa/barat/barat?
1.3 Tujuan Penulisan
• Mengetahui cara masuk dan berkembangnya islam di eropa/barat/barat.
• Mengetahui bentuk-bentuk aspek ajaran islam yang dikembangkan di eropa/barat/barat.
• Mengetahui dampak kemajuan eropa/barat/barat bagi dunia islam.
• mengetahui sikap islam dalam menghadapi kemajuan eropa/barat/barat.
BAB II
PEMBAHASAN
II Masuk dan Berkembangnya Islam di Eropa
II.1 Masuknya Islam di Eropa
Sejarah Islam di Eropa dan sumbangannya bagi pengembangan Islam pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu[6]:
Pertama, fase masuk dan berkembangnya agama Islam (711-912 M),
Kedua, fase puncak kejayaannya dan kemundurannya (912-976 M),
Ketiga, fase kehancuran Islam di Eropa (976-1031 M).
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grik tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat tersebut terletak benua Eropa. Selat sempit tersebut sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan Atlantik[7].
Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada dibawah Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri yang terletak diantara sungai Oder dan Vistuala dan juga suku yang menundukkan Eropa Barat di masa lalu sebelum Goth dan bangsa Arab (Islam). Penguasa daerah ini mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasan Vandal ini lalu diambil alih oleh orang-orang Gothik. Tak lama kemudian, dinasti Merovingian dari kerajaan Frank merebutnya dari orang-orang Gothik, maka didirikanlah kerajaan Visigoth (507 M), yang wilayah tersebut dikenal dengan Vandalusia. Setelah kedatangan orang-orang Islam pada tahun 92 H/ 711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia atau al-Andalus. Penduduk Andalusia ini terdiri dari suku-suku Arab, Barbar, dan orang pribumi.
Sebelum Islam masuk ke Spanyol, negara ini dipimpin oleh Raja Roderick yang beragama Kristen dan memiliki misi Kristenisasi di seluruh wilayah Spanyol. Akibat misi ini, masyarakat Spanyol terpecah menjadi lima kelompok yang saling memusuhi, yaitu: penguasa tanah yang mengeksploitasi rakyat miskin, buruh tani dan budak yang dijual beli, golongan menengah yang bergerak dalam bidang ekonomi, para penguasa yang memiliki hak istimewa, dan pihak gereja Katholik yang tidak terlalu peduli dengan kondisi masyarakat setempat. Kondisi inilah yang menyebabkan Islam masuk ke Spanyol dengan mudah tanpa perlawanan yang berarti[8].
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah, penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut. Pada masa Khalifah Al-Walid (705-715 M), Hasan digantikan oleh Musa ibn Nushair. Musa memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Ia juga menaklukkan daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di daerah pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya[9]. Secara keseluruhan penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun, yaitu dari tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid). Setelah itu menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayyah dan menjadi batu loncatan bagi penaklukan daerah lain yang berdekatan, yaitu Spanyol.
Penaklukan Semenanjung Iberia diawali dengan undangan salah satu raja Gothia Barat (Kristen), Graff Julian untuk membantunya melawan raja lainnya karena ada konflik diantara mereka[10], pada Musa ibn Nushair yang menjabat sebagai gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Lalu khalifah mengirim 500 pasukan yang dipimpin oleh Tharif ibn Malik tahun 91 H/710 M dan mendarat di suatu tempat yang kemudian diberi nama Tharifa[11]. Ekspedisi ini dianggap berhasil dan Tharif kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak harta rampasan perang[12].
Ada beberapa hal yang mendorong Musa ibn Nushair mengabulkan permohonan Graff Julian, diantaranya karena[13]:
1. Antara penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang, sebab penduduk Spanyol terutama yang beragama Kristen pernah beberapa kali melakukan penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah dikuasai oleh kaum Muslimin;
2. Penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan berusaha menduduki beberapa daerah Muslim di pantai Afrika. Dasar pertimbangan ini disampaikan Nushair pada Khalifah Walid bin Abdul Malik, sewaktu minta zin untuk mengirimkan bantuan tentara ke Spanyol. Khalifah pun menyetujui rencana Nushair.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa dalam memimpin pasukan mereka ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq bin Ziyad yang disebut paling terkenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan dan hasilnya lebih nyata. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, karena dialah yang pertama kali menyeberang selat untuk memenuhi undangan Graff Julian agar membantunya, dan ekspedisi ini pun berhasil. Didorong keberhasilan ini dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di Spanyol saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada bulan Rajab 92 H/ April 711 M[14] mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang, terdiri dari suku Barbar (Muslim dari Afrika Utara), para Mawali dan sebagian lagi orang-orang Arab yang dikirim Al-Walid, untuk ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ia mendarat di sebuah bukit berbatu karang dekat gunung batu besar, yang akhirnya dinamakan dengan Jabal Thariq(Gibraltar) – Bukit Thariq, diambil dari namanya sendiri, Thariq[15]. Ia dibantu oleh Julian, seorang yang berpengaruh di Spanyol dan menginginkan pembebasan Spanyol dari kekejaman Roderick, dengan menyediakan kapal-kapal untuk pasukan Thariq bin Ziyad[16].
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukannya selesai mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan mereka. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah, “Al aduwwu amamakum wal bahru waraa-akum, fakhtar ayyuma syi’tum” (musuh di depan kamu dan lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki)[17].
Sebelum Thariq bin Ziyad menyerang kota-kota disekitarnya, dia berhasil menaklukkan kota Arknidona, lalu berhasil merebut kota Elvira. Pasukan berkuda menyerang kota Cordova, setelah bertahan selama dua bulan maka diserahkan kota Cordova dan dengan warganya ikut ditaklukkan masuk dalam pemerintahan Islam. Lalu kota ini dijadikan sebagai pusat kejayaan Islam di Spanyol[18].
Setelah itu pasukan Thariq berhasil menguasai kota Malaga dan kota Granada. Dalam penyerangan pasukan Islam tidak mendapat perlawanan yang berarti. Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Nushair di Afrika Utara. Nushair mengirimkan tambahan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang, namun jumlah ini belum sebanding dengan jumlah pasukan tempur Gothik yang disiapkan Roderick yang jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang. Dalam pertempuran yang memakan waktu selama delapan hari dan berlangsung di Guadalete, pinggir sungai Guadalquivir, Barbatee (Salado) di suatu tempat bernama Bakkah pada tanggal 19 Juli 711 M dengan suasana yang sangat mencekam. Kedua belah pihak bertempur dengan sengit dan tentara Islam mendapat kemenangan yang cemerlang, pasukan Roderick porak poranda dan mundur dalam keadaan kacau, sementara Roderick tewas ditempat tersebut[19].
Setelah kota Toledo yang menjadi ibukota Goth Barat jatuh ke tangan Islam, Thariq yang mulanya hanya seorang pemimpin tentara biasa telah menjadi pemimpin yang agung di wilayah yang baru ditaklukkannya. Dikarenakan cemburu terhadap kemenangan-kemenangan yang diraih panglimanya yang sangat luar biasa, dengan tergesa-gesa Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dan berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712 M sambil memimpin tentara sebanyak 10.000 orang, semuanya terdiri dari orang Arab dan Arab Syiria. Sasarannya dipilih kota-kota dan kubu-kubu yang tidak diganggu Thariq, seperti Merida (Medina), Sedonia, dan Carmona. Seville yang merupakan kota terbesar dan pusat kecerdasan Spanyol serta pernah menjadi ibukota pada zaman Romawi, mampu mempertahankan diri hingga akhir bulan Juni 713 M. Dekat kota Merida, Musa menemui perlawanan yang sengit, namun setelah terkepung selama satu tahun, setapak demi setapak kota tersebut dapat diduduki dalam bulan Juli 713 M. Musa juga mengalahkan penguasa kerajaan Gothik, Theodomir di Orihuela, lalu bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya mereka berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre[20]. Juga berhasil ditaklukkan juga daerah Terrafona dan Barcelona[21].
Gelombang perluasan wilayah berikutnya terjadi pada pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz tahun 99 H/717 M. Sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan, pimpinannya dipercayakan kepada As-Samah, tapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H/720 M. Lalu pimpinan pasukan diserahkan pada Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan juga Tours. Tetapi di antara kota Poiter dan Tours ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga serangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol[22].
Sesudah itu, masih juga ada penyerangan seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah. Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicillia juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah[23].
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke 8 M ini telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa tersebut berlangsung selama lebih dari 7,5 abad[24].
II.2 Perkembangan Politik Islam di Eropa
Pemerintahan pusat di Andalusia dalam menjalankan roda pemerintahannya dibantu oleh beberapa lembaga, dan secara substantif lembaga ini tidak jauh berbeda dengan lembaga yang pernah ada pada pemerintahan sebelumnya, ketika masih dibawah kekuasaan pusat Umayyah I di Damaskus[26].
Sejak pertama kali menaklukkan Spanyol pada tahun 711 M hingga jatuhnya kekuasaan Islam terakhir pada tahun 1492 M, Islam telah memainkan peran yang sangat besar. Masa yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad tersebut dijalani umat Islam secara fluktuatif, dimana terkadang Islam berada di puncak kemegahan dan sering pula Islam dalam peperangan atau pun kehancuran. Menurut Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam periode[27].
1. Periode Pertama (711 M-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Kalifah Bani Umayyah, yang berpusat di kota Damaskus. Periode ini stabilisasi negeri Spanyol belum aman dan terkendali, gangguan-gangguan masih terjadi baik internal maupun eksternal. Karena ituasi inilah maka Islam di periode ini belum memasuki kegiatan pembangunan dan peradaban. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol dan memerintah pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755 M-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada dibawah pemerintahan Kalifah Abbasiyah di Baghdad. Ketika Daulah Umayyah di Damaskus dihancurkan oleh Bani Abbas, Abd al-Rahman ibn Mu’awiyah berhasil meloloskan diri dan menginjakkan kakinya di Andalusia tahun 132 H/750 M. Ia diberi gelar ad-Dakhil karena beliau adalah pangeran dinasti Umayyah pertama yang menginjakkan kakinya di Semenanjung Iberia. Beliau berhasil menyingkirkan Yusuf ibn abd al-Rahman al-Fihri, yang menyatakan diri tunduk kepada dinasti Bani Abbas, pada tahun 138 H/756 M. Abd al-Rahman ad-Dakhil memproklamirkan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas dan ia berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol serta memakai gelar amir (bukan khalifah).
Selama 32 tahun berkuasa, ad-Dakhil (755-788 M) berhasil mengatasi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar, karena ketangguhannya ia diberi gelar Rajawali Quraisy[28]. Karena kekuasaan Bani Abbas sepeninggal al-Mutawakkil (247 H/861 M) semakin merosot, ad-Dakhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dan memakai gelar amir al-mukminin[29]. Ad-Dakhil mendirikan Masjid Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil (755-788 M), Hisyam ibn Abd al-Rahman/ Hisyam I (788-796 M), Hakam ibn Hisyam/ Hakam I (796-822 M), Abd al-Rahman al-Ausath (822-852 M), Muhammad ibn Abd al-Rahman al-Ausath (852-886 M), Munzir ibn Muhammad (886-888 M), dan Abdullah ibn Muhammad (888-912 M).
3. Periode Ketiga (912 M-1013 M)
Periode ini dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nashir, sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif. Gelar yang dipakai pada masa ini adalah khalifah, yang dipakai mulai tahun 929 M. Kemudian muncul Hakam II dan Hisyam II. Pada periode ini umat Islam beranjak mencapai puncak kejayaan dan kemajuan menyaingi Daulah Abasiyah di Baghdad. Hal ini ditandai dengan berdirinya Masjid Abdurrahman III yang diteruskan Al-Hakam II dengan membangun Universitas Cordova, lengkap dengan perpustakaan dan isi bukunya. Pada masa ini masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu: Abd Al-Rahman Al-Nashir (912 M-961 M), Hakam II (961 M-976 M), dan Hisyam II (976 M-1009 M).
4. Periode Keempat (1013 M-1086 M)
Pada periode ini, kekuasaan Islam Spanyol sedang dalam konflik internal. Wilayahnya terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil yang dipimpin oleh raja-raja golongan/ kelompok (Al-Muluk Al-Thawaif) yang berpusat di kota seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sevilla, Hudiyah di Saragossa, sebagian lainnya di Barbar seperti Miknasa Aftashiyah di Badajoz, Zennun di Toledo dan Hammudiyah di Malaga, dan silsilah keturunan mereka melalui Idrisiyyah di Marokko samapi ke Khalifah Ali, juga sebagian Dinasti Thaifa dari para pasukan Afrika yang datang di akhir abad 10 di bawah Al-Manshur, seperti Shanhaja, Barbar, Ziriyyah dari Elvira memperoleh kemajuan di Valencia. Pada tahun 1085 M orang Kristen berhasil merebut Toledo dan in memaksa raja Abbadiyah, Al-Mu’tamid, berpaling kepada pemerintahan Al-Murawiyyah Barbar.
Selain perpecahan dalam kerajaan kecil, pada masa ini juga terjadi pertikaian besar diantara kekuasaan Islam itu sendiri. Beberapa diantaranya bekerjasama dengan pasukan kekuasaan Kristen untuk mempertahankan wilayahnya. Di sisi lain, melihat kekuasaan Islam yang lemah dan terpecah, kekuasaan Kristen melakukan penyerangan kepada beberapa kekuasaan Islam. Walau demikian dunia akademik dan keilmuan terus berlangsung, perpindahan ilmu dan pengembangan ilmu pengetahuan tidak terhenti.
5. Periode Kelima (1086 M-1248 M)
Pada periode ini meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara, tapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dnasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun. Dinasti ini muncul atas undangan para penguasa Islam untuk mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Kristen. Dinasti ini menguasai kembali kota-kota penting seperti Cordova, Almeria, dan Granada antara tahun 1114 M dan 1154 M. namun mengalami kehancuran kembali dan pulang ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh tahun 1248 M. seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam[30].
6. Periode Keenam (1248 M-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di Granada, dibawah pemerintahan Bani Ahmar (1232 M-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abd Al-Rahman An-Nashir. Kekuasaan Islam terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana. Pada periode inilah mulai musnahnya Islam di Spanyol karena dikalahkan oleh pihak Kristen sampai terjadi tragedi yang sangat merugikan umat Islam. Tragedi tersebut terjadi tahun 1499 M[31], saat itu Cardinal Ximenez de Cisnores mengunjungi Granada dan diskusi dengan para hakim dan ahlihukum disana. Hasilnya, tahun 1502 M muslim Granada (Spanyol) diberi dua pilihan: masuk Kristen atau keluar dari Spanyol, umat Islam memilih keluar dan pindah ke Afrika Utara. Setelah itu umat Islam di Spanyol tidak ada lagi, namun pada abad 20 M, muslim di Spanyol mulai mendapat sedikit ruang untuk berkembang lagi.
I1.3 Aspek Ajaran Islam yang Dikembangkan di Eropa Barat
Aspek ajaran islam yang diajarkan di Eropa adalah akidah, syariah dan akhlaq. Pada dasarnya ketiga ini merupakan suatu rangkaian yang harus ada dan tidak dapat dipisahkan. Akidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama islam di Eropa. Sementara syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlaq sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama31[32].
II.4 Pertumbuhan Tempat Ibadah (Masjid) dan pusat- pusat Kajian Islam di Eropa atau Barat
Data tahun 1991 menyebutkan adanya 300 masjid di Rusia. Jumlah ini meningkat menjadi 8000 masjid pada saat ini. Ketika Uni Soviet runtuh dan Republik Federasi Rusia terbentuk, tidak ada satupun pusat pendidikan Agama Islam di sana. Namun kini minimal ada 50 sampai 60 sekolah Islam yang memberikan pendidikan Agama kepada lebih dari lima ribu pelajar Muslim. Tahun 1991, hanya 40 warga Muslim Rusia yng menunaikan Ibadah Haji. Akan tetapi angka itu meningkat menjadi 13.500 orang pada tahun 2005.
Belgia memiliki jumlah masjid terbanyak di Eropa, mencapai 1.200 unit. Jumlahnya hampir menyamai negara-negara di Timur Tengah. Selain Belgia Bulgaria juga tercatat sebagai negara dengan jumlah pelajar muslim terbesar di Eropa. Lebih dari tiga ribu siswa menempuh pendidikan di sekolah Islam setiap tahunnya. Hebatnya, di sekolah umum juga diberikan kurikulum Islam. Dari data statistik Mufti Bulgaria menyebutkan sebanyak 3.372 siswa mengikuti kelas agama Islam pada 2011. Jumlah itu meningkat enam kali lipat ketimbang tahun lalu.
II.5 Kemajuan Eropa/Barat dan Dampaknya Bagi Dunia Islam
Pada masa Renaisans Eropa/barat, para ilmuan eropa/barat berusaha meneliti jalan untuk mencapai kemajuan. Berbagai keberhasilan pun telah di capai oleh mereka. Beberapa keberhasilan yang mereka capai diantaranya:
- Christoper Colombus menemukan Benua Amerika pada tahun 1492 M.
- Vasco da Gamma menemukan Tanjung Harapan pada tahun 1498 M.
Karena dua penemuan ini maka bangsa Eropa/barat menghindari monopoli lalu lintas perdagangan yang di kuasai umat Islam.
Pada waktu itu bangsa eropa/barat menghadapi kerajaan turki usmani, yang masih dianggap kuat olehnya. Kerajaan turki usmani merupakan negara adikuasa selama beberapa ratus tahun lamanya.
Bangsa eropa/barat telah maju disegala bidang, mereka mulai menjajah kaum muslimin yang ada di dunia . Pihak yang paling dirugikan adalah Turki Usmani. Melihat keadaan islam pada waktu itu, turki pun menyadari bahwa islam tertinggal jauh dari bangsa eropa/barat. Oleh sebab itu, mereka melakukan pembaruan.
Pembaruan yang telah dilakukan oleh turki usmani diantaranya :
1. Pemurnian Ajaran Agama
2. Belajar dari peradaban barat
3. Gerakan Penerjemahan Buku-buku Eropa/barat ke dalam Bahasa Islam
II.6 Sikap Islam dalam Menghadapi Kemajuan Eropa/Barat
Pada zaman sekarang barat menguasai berbagai media, teknologi, militer, ekonomi, dan sebagainya. Tidak heran jika Barat menjadi pusat sorotan masyarakat dunia. Hampir segala sesuatu mengacu ke Barat.
Permasalahannya adalah banyak yang mengadopsi tanpa menyaring nya terlebih dahulu. Semua yang datang dari Barat diaanggap baik dan harus dicontoh. Padahal belum tentu semua yang berasal dari sana itu baik. Maka dari itu sebagai umat Muslim kita harus pintar menyaring semua yang datang dari barat agar tidak menjadi muslim yang ke barat-baratan. Jangan sampai kita seperti Barat yang maju namun marak bunuh diri, seks bebas, peredaran obat terlarang, pemerkosaan, dan sebagainya. Setelah itu akan diikuti dengan munculnya pemimpin yang tidak layak memimpin umat, tidak memiliki akhlak yang luhur dan kapasitas intelektual dan spiritual yang mencukupi[33].
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dewasa ini islam di Eropa/Barat sudah berkembang dengan pesat. Banyak mualaf – mualaf bermunculan akibat banyak nya bangsa Eropa/Barat yang mempelajari Islam. Begitu juga dengan berdirinya Masjid di Eropa/Barat yang sudah banyak dibangun untuk kepentingan ibadah umat Islam di Eropa/Barat. Itu merupakan tanda – tanda kemajuan Islam di Eropa/Barat yang sempat mundur. Dapat disimpulkan bahwa Islam perlahan sudah menunjukan kemajuan nya di eropa. Penulis berharap kemajuan Islam tidak hanya di Eropa/Barat saja, namun bisa mencakup seluruh bangsa. Akhir kata penulis mohon maaf jika ada salah dalam penulisan. Semoga makalah ini bisa berguna bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
- Nata Abuddin, Studi islam Komprehensif, (Jakarta : Kencana, 2011)
- Ahmad Syalabi, Mawsu’at al-Tarikh wa al-Hadharat al-Islamiyyat, jilid IV, (Kairo: al-Maktabah Mishriyah, 1982).
- Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).
- Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, -ed. 1-, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).
- Busman Edyar, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009).
- Carl Brockelmann, History of the Islamic People, (London: Rotledge&Kegan Paul, 1980).
- Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1974).
- Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, cet. 2, - ed. Revisi-, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005).
- Munawiyah, Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009).
- Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Bogor: Kencana, 2003).
- Philip K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Pustaka, 2005).
- Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, - ed. 1,cet.2 -, (Jakarta: Amzah, 2010).
- Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern, (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003).
- Dede Ahmad Ghazali, Hj, Drs, Studi islam : Suatu Pengantar dengan Pendekatan Indisipliner, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar